ASUHAN KPERAWATAN PADA ANAK KWASHIORKOR.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara – negara miskin seperti negara Afrika, Asia,
Amerika Latin, termasuk Indonesia banyak terjadi kasus kekurangan gizi terutama
terjadi pada masa anak-anak. Hal ini disebabkan karena negara miskin memiliki
tingkat ekonomi yang rendah. Tingkat pengetahuan keluarga tentang nutrisi
kurang, perawatan anak yang belum memadai, sifat tahayul terhadap bahan makanan
dan kesehatan lingkungan yang buruk.
United Nation Children Fund (UNICEF) mengkategorikan
kekurangan gizi sebagai kegawatdaruratan yang tidak kentara “Silent Emergency”
(Laily Savitri, 2000).
Pada tahun – tahun terakhir ini bangsa Indonesia sedang
mengalami masa-masa sulit, yaitu terjadinya krisis moneter yang menghantarkan
perekomian Indonesia ke titik yang paling rendah. Harga-harga barang naik,
rupiah mengalami keterpurukan dan banyaknya pegawai yang di PHK.
Keadaan yang demikian berdampak besar terhadap pola konsumsi
makan masyarakat Indonesia akibatnya terjadi penurunan status gizi anak yang
salah satu diantaranya di tandai dengan penyakit Kwashiorkor.
Kwashiorkor adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh
kekurangan protein. (Ratna Indrawati, 1994).
Di tinjau dari golongan umur, Kwashiorkor sering terjadi
pada anak balita. Angka kejadian tertinggi pada umur 1,5 – 2 tahun yaitu saat
setelah terjadinya penyapihan sedangkan anak belum mengenal jenis makanan lain.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Lab. UPF Ilmu Keehatan
Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya dapat data angka kejadian Kwashiorkor tahun 2000
sebanyak 6 anak dengan angka kematian 0% dan pada tahun 2001 sebanyak 4 anak
dengan angka kematian 0%. Angka tersebut memang tergolong kecil di banding
angka kejadian penyakit lain, tetapi bila menginginkan generasi muda penerus
bangsa dengan ber kualitas baik fisik maupun psikologi maka angka tersebut
seharusnya dapat ditekan atau bahkan dihilangkan.
Kekurangan protein atau Kwashiorkor pada masa anak-anak
bukanlah masalah main-main karena bukan saja menyebabkan kematian tetapi juga
mengganggu sistem kekebalan tubuh, bahkan dalam skala yang berat dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan.
Diagnosa dini serta penatalaksanaan yang dapat sangat
diperlukan untuk menghindari akibat yang lebih parah. Untuk itu tenaga bidan
atau perawat dituntut memiliki kemampuan dan ketrampilan lebh dalam melakukan
asuhan keperawatan kepada klien dan keluarga yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif, secara terpadu dan berkesinambungan
serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio – psiko –
sosial – spiritual.
Masalah yang sering terjadi berdasarkan prioritas asuhan
keperawatan pada Kwashiorkor adalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi,
potensial terjadinya kekurangan volume cairan sampai dengan diare, muntah,
tidak adekuatnya masukan makanan cairan. Gangguan integritas kulit sehubungan
dengan gangguan nutrisi, odema, potensial terjadinya kimplikasi sehubungan
dengan daya tahan tubuh rendah dan kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan kebutuhan nutrisi. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penulis
tertarik membuat karya tulis dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak “R”
dengan Kwashiorkor di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya”
1.2 Batasan
Masalah
Mengingat keterbatasan waktu yang penulis miliki maka
penulis membatasi masalah asuhan keperawatan pada satu pasien yaitu dengan
kwashiorkor di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3 Tujuan
Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada anak dengan kwashiorkor melalui pendekatan pemecahan masalah
serta mendapatkan pengalaman secara nyata dilapangan.
1.3.2 Tujuan
Khusus
1.3.2.1. Mampu
melakukan pengkajian data pada anak dengan kwashiorkor.
1.3.2.2. Mampu
menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan, masalah serta kebutuhan pasien
dengan kwashiorkor.
1.3.2.3. Mampu menyusun
rencana tindakan keperawatan pada anak dengan kwashiorkor.
1.3.2.4. Mampu
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai prioritas yang telah ditentukan pada anak
dengan kwashiorkor.
1.3.2.5. Mampu
melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
anak dengan kwashiorkor.
1.3.2.6. Mampu
mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada anak dengan
kwashiorkor dalam bentuk karya tulis sesuai pedoman yang ditentukan.
1.4 Manfaat
Penulisan
1.4.1. Bagi Penulis
1.4.1.1. Dapat
menterapkan ilmu yang telah didapatkan selama dibangku kuliah.
1.4.1.2. Dapat
memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung
kepada anak dengan kwashiorkor, sehingga dapat digunakan sebagai bekal penulis
di dalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
1.4.2. Bagi
Institusi
1.4.2.1. Bagi Ruang
Anak
Sebagai bahan masukan di dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada anak dengan kwashiorkor yang perlu mendapat perhatian khusus agar tidak
terjadi komplikasi.
1.4.2.2. Bagi Institusi
Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan di dalam pelaksanaan
penelitian/penyusunan karya tulis ilmiah di tahun-tahun mendatang.
1.5 Metode
Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini digunakan metode
pendekatan studi kasus. Adapun teknik pengumpulan dan pengolahan data dengan
cara Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi kepustakaan. Sedangkan
sumber data yang digunakan primer dan sekunder. Data primer ialah data yang
diperoleh langsung dari pasien walaupun pasien tidak dapat berkomunikasi secara
lisan. Dan data sekunder ialah data yang diperoleh dari keluarga pasien, dan
informasi dari petugas kesehatan yang lain, antara lain dalam berkas dokumen
medis pasien, hasil pemeriksaan, rontgen, dll (Depkes RI, 1993).
1.6 Lokasi dan
Waktu Penulisan
1.6.1. Lokasi
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis melakukan
askep pada anak dengan kwashiorkor dari Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.6.2. Waktu
Penulisan studi kasus ini dibuat dari mulai tanggal 7
September 2001 s.d tanggal 30 September 2001.
1.5 Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan karya
tulis ini adalah terdiri dari 5 bab, yaitu:
BAB 1 : Pendahuluan
Menguraikan tentang aspek latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, metode penulisan, lokasi dan waktu, serta sistematika
penulisan.
BAB 2 : Tinjauan
Pustaka
Menguraikan tentang konsep dasar dan teori kwashiorkor,
konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan kwashiorkor meliputi
pengkajian data, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB 3 : Tinjauan
Kasus
Menguraikan tentang kasus anak dengan diagnosa medik
kwasiorkor di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo, dimulai dengan pengkajian data,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan evaluasi dan catatan perkembangan selama
dilakukan observasi.
BAB 4 : Pembahasan
Masalah
Menguraikan pembahasan tentang data senjang atau
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori kwashiorkor dan teori asuhan
keperawatan pada anak yang kwashiorkor di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
BAB 5 :Simpulan dan
Saran
Berisi tentang kesimpulan kasus dan saran-saran yang baik
kepada pasien, keluarga/orang tua pasien, masyarakat. Maupun petugas kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batasan /
pengertian
Batasan / pengertian dari karya tulis dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada anak “R” dengan Kwashiorkor meliputi:
2.1.1. Asuhan
adalah bantuan yang diberikan bidan / perawat kepada individu, pasien atau kliennya.
( Santosa. NI, 1995)
2.1.2. Keperawatan
adalah suatu pelayanan bio – psiko – sosial – spiritual yang komprehensif yang
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun yang
sehat. (Pusdiknakes, 1989).
2.1.3. Asuhan
Keperawatan adalah penerapan metode pemecahan masalah ilmiah kepada masalah –
masalah kesehatan atau keperawatan passien. Merencanakan dan melaksanakan
pelayanan keperawatan secara sistematis serta menilai hasilnya. (Pusdiknakes,
1989).
2.1.4. Kwashiorkor
adalah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein. (Ratna Indrawati,
1994).
2.2 Konsep
Dasar Kwashiorkor
2.2.1 Batasan
Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan
protein ( Ratna Indrawati, 1994)
Kwashiorkor ialah defisiensi protein yang disertai
defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak
prasekolah (balita). (Ngastiyah, 1995)
2.2.2 Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya
yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang
negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya
protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar,
penyakit hati.
2.2.3 Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme
jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh
jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik
dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan
protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang
jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin
kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati
terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak
dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam
hati.
2.2.4 Gejala
Klinis
2.2.4.1. Pertumbuhan
terganggu (merupakan gejala terpenting). Selain berat badan badan juga tinggi
badan kurang di banding anak sehat.
2.2.4.2. Perubahan
mental, biasanya pasien cengeng atau apatis.
2.2.4.3. Ditemukan
odema ringan maupun berat.
2.2.4.4. terjadi
gangguan gastrointestinal. Anorexia yang hebat hingga cara pemberian makannya
harus personde, diare dan muntah karena terjadinya intoleransi makanan.
2.2.4.5. Perubahan
rambut, tampak kusam, kering, halus, jarang dan berubah warna.
2.2.4.6. Kulit
mengalami perubahan yaitu hiperplementasi, bersisik, menunjukkan garis kulit
yang dalam dan lebar, kelainan khas pada Kwashiorkor ini di sebut “Crazzy
Payment Dermatosis”.
2.2.4.7. Pembesaran
hati karena adanya perlemakan hati.
2.2.4.8. Anemia juga
selalu ditemukan.
2.2.4.9. Kelainan kimia
darah: Kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit lebih
tinggi, kadar kolesterol serum rendah.
2.2.4.10. Hampir
semua organ mengalami perubahan seperti: degenerasi otot jantung, osteoporosis
tulang, dan sebagainya.
2.2.5 Penatalaksanaan
2.2.5.1 Prinsip
pengobatan kwashiorkor adalah:
1. Memberikan
makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologi tinggi, tinggi kalori,
cukup cairan, vitamin dan mineral.
2. Makanan
harus mudah dicerna dan diserap.
3. Makanan
diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat rendah.
4. Penanganan
terhadap penyakit penyerta.
5. Tindak
lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap
keluarga. (A.H. Markum, 1991)
2.2.5.2 Pemberian
terapi
1. Bila ada
dehidrasi, atasi dahulu.
2. Perbaiki
diit:
Formula harus mudah dicerna, murah, pekat kalori/protein:
Modisco I, II, dan III memenuhi syarat-syarat tertentu.
Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang
diencerkan (2,5-5-7,5) + glukosa 5%, disusul dengan modisco ½. I, II, III.
3. Vitamin A
100.000-200.000 IU IM 1 kali.
Vitamin B komplek, C, A, D tetes per oral.
4. Bila
perlu beri transfusi sel darah merah padat (‘PRC’) atau plasma.
5. Pengobatan
penyakit penyerta/penyebab. Bila lemah, ada hipotermi, hipertensi dan
gangguan pembekuan darah ada kemungkinan
infeksi kuman gram negatif serta endotoksemia. Resiko meningkat bila disertai
kekurangan vitamin A.
6. Terapi
gentamicin 6-7,5 mg/kg perhari dibagi 2 kali Amikin 15 mg/kg/hari dibagi 2
kali.
7. Penyuluhan
pada ibu disertai demonstrasi cara membuat modisco.
8. Kontrol
di poliklinik anak.
(Ratna Indrawati, dkk, 1994).
2.2.6 Prognosa
Dengan pengobatan adekuat, diperlukan waktu 2-3 bulan untuk
tercapainya berat badan yang ideal. Pertumbuhan fisis hanya terpaut sedikit
dengan anak sebayanya. Namun perkembangan intelektualnya akan mengalami
keterlambatan yang menetap, khususnya kelainan mental dan defisiensi persepsi.
2.3 Konsep
Asuhan Keperawatan Pada Anak “R” Dengan Kwashiorkor
Langkah-langkah dalam proses keperawatan pada anak dengan
kwasiorkor meliputi:
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sitemik untuk mengumpulkan data
dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut
(pusdiknakes, 1989 hal 151). Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi
pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa
keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan
dan keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan
pasien, sumber data diperoleh dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan
lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) wawancara ( yaitu berupa percakapan
guna memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen
yang baru maupun yang lama), literatur ( mencakup semua materi, buku-buku,
majalah dan surat kabar).
2.3.1.1 Anamnese
1. Identitas
pasien, meliputi: nama, umur, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan saat pengkajian, nama orang tua, pekerjaan
orang tua, pendidikan orang tua, umur orang tua, agama, jumlah saudara kandung,
jumlah anggota keluarga, alamat rumah (Depkes, 1989).
2. Riwayat
penyakit sekarang,: kapan anak mulaimenampakan tanda-tanda penyakit kwashiorkor
ini, seperti mulai kapan kulit anak mengelupas, rambut berubah warna, tampak
adema seluruh tubuh, diare, dan bagaimana nafsu makan anak.
3. Riwayat
kesehatan, meliputi: riwayat pre natal selama masa hamil, riwayat natal, keadan
saat persalinan, dengan menolong persalinan, berat badan, dan panjang badan
saat lahir, keadaan setelah lahir, riwayat neonatal, riwayat imunisasi, dan
riwayat tumbang.
4. Riwayat
penyakit dahulu, apakah anak menderita penyakit sampai diopname, penyakit apa
dan berapa lama dirawat serta bagaimana pengobatannya.
5. Riwayat
keluarga, apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien, atau menderita penyakit seperti asma, TBC, jantung, DM.
6. Pola-pola
fungsi kesehatan meliputi;
Pola nutrisi :
Bagaimana pola makan sehari-hari anak, jenis makanan yang dikonsumsi, dan
bagaimana nafsu makan.
Pola Eliminasi :
Bagaimana aktivitas eliminasi alvi dan miksi sehari-hari, apakah ada keluhan,
adakah diare, berapa lama.
Pola aktivitas :
Kebiasaan aktivitas kegiatan yang dilakukan sehari-hari, apakah ada gangguan
aktivitas setelah sakit.
Pola istirahat dan tidur:
berapa lama anak biasa tidur, apakah ada gangguan atau tidak.
2.3.1.2 Pengkajian
fisik
1. Keadaan
umum yang meliputi: kesadaran Composmentis, lemah, rewel, kebersihan kurang,
berat badan, tinggi badan, nadi, suhu, dan pernapasan.
2. Kepala : lingkar kepala, warna rambut, UUB sudah
menutup atau belum
3. Muka : sembab karena odema,
tampak moonface
Mata :
apakah ada ikterus, anemi ataupun infeksi pada mata
Telinga :
apakah ada tanda-tanda infeksi
Hidung :
apakah ada sekret, bagaimana pernapasannya,
terpasang sonde
Mulut : Stomatitis,
lesi, mukosa bibir, gigi tumbuh
4. Tenggorokan : apakah ada tanda pembesaran tonsil, tanda-tanda
peradangan.
5. Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, kaku kuduk,
pembesaran kelenjar limfe.
6. Torax : apakah ada lingkar dada, adakah tarikan dinding dada,
wheezing, ronchi.
7. Abdomen : apakah ada meteorismus, acites,
bising usus, apakah ada pembesaran hepar.
8. Extremitas : Atas : Linkar lengan atas, akral hangat, odema
Bawah : Odema,
9. Kulit : adakah Crazy pavement
dermatosis, keadaan turgor kulit, odema
2.3.1.3 Pemeriksaan
penunjang
1. Pemeriksaan
darah
Pada pemeriksaan darah meliputi albumin, globulin, protein
total, elektrolit serum, biakan darah.
2. Pemeriksaan
urine
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine
3. Uji faal
hati
4. EKG
5. X foto
paru
6. Konsul
THT : adanya otitis media
(Ratna Indrawti, 1994).
Setelah dilakukan pengkajian, kemudian data dikelompokan
yang meliputi data subyektif dan obyektif. Selanjutnya data dianalisa dengan
mengkaitkan, menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori, prinsip
yang relevan untuk mengetahui masalah kesehatan pasien. Selanjutnya
diidentifikasi sesuai dengan prioritas masalah-masalah yang mengancam jiwa,
merusak sistem jaringan maupun merusak fungsi organ.
2.3.2 Analisa dan
Sintesa Data
Analisa data merupakan proses intelektual dengan meliputi
kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengklasifikasi, mengelompokan, mengaitkan
data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data, membanding-kan
dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa
data adalah pernyataan masalah keperawatan atau dengan disebut sebagai diagnosa
keperawatan.
2.3.3 Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat
dan pasti tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan
atau diubah melalui tindakan keperawatan. (Pusdiknakes. 1989)
Diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan Kwashiorkor:
1. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi. (Ngastiyah, 1997 ).
2. Resiko
terjadinya kekurangan volume cairan s/d diare, muntah, tidak adekuatnya masukan
makanan dan cairan. (Marilan E. Doenges, 1999)
3. Resiko
terjadinya komplikasi s/d daya tahan tubuh rendah. (Ngastiyah, 1997)
4. Gangguan
integritas kulit s/d gangguan nutrisi, dan odema. (Marilan E Doenges, 1999)
5. Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan nutrisi. (Marilan E
Doenges, 1999)
2.3.4 Perencanaan
Keperawatan
Perencanaan keperawatan : penentuan apa yang akan dilakukan
untuk membantu klien memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mengatasi masalah
keperawatan yang telah ditentukan.(Pusdiknakes,1985).
Rencana ini disusun dengan melibatkan klien secara maksimal
dan dengan petugas lain yang melayani pasien/klien. Unsur tahap pelayanan ada
4, yaitu: memprioritaskan masalah, perumusan tujuan, penentuan tindakan
keperawatan dan penentuan kriteria evaluasi.
Adapun perencanaan tindakan sesuai diagnosa keperawatan yang
sering timbul pada pasien dengan kwashiorkor adalah sebagai berikut:
2.2.4.1. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi. terpenuhi
Kriteria hasil:
- Berat
badan sesuai dengan umur.
- Nafsu
makan kembali normal.
- Tanda-tanda
kwashiorkor berkurang/hilang.
Rencana:
1. Kaji
faktor penyebab gangguan kebutuhan gizi.
Rasional : Menentukan penatalaksanaan dari penyakit.
2. Berikan
makanan bertahap dan formula mudahdicerna, pekat protein.
Rasioanl : Karena intoleransi terhadap makanan dan susu maka
harus diberikan secara bertahap.
3. Berikan
Modisco ½, 1, atau 2, atau 3 sesuai kebutuhan
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan akan kalori, protein,
lemak dan karbohidrat.
4. Observasi
berat badan setiap hari.
Rasional : Deteksi pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Berikan
vitamin A 1x 100.000 IU IM dan vitamin BC + C 3x1 tablet oral.
Rasional : Vitamin tersebut diperlukan untuk berbagai enzim
yang dibutuhkan untuk pencernaan makanan dan membantu penyerapan makanan.
2.2.4.2. Resiko
terjadinya kekurangan volume cairan s/d diare, muntah, tidak adekuatnya masukan
makanan dan cairan.
Tujuan :
Mempertahankan keseimbangan elektrolit dan volume cairan.
Kriteria hasil:
- Pasien
tidak diare.
- Muntah
teratasi.
- Tanda-tanda
dehidrasi tidak nampak.
- Turgor
kulit baik.
Rencana :
1. Observasi
tanda-tanda vital.
Rasional : Deteksi
dini adanya tanda-tanda kelainan.
2. Kaji
status hidrasi (turgor kulit).
Rasional : Untuk mengetahui dehidrasi
dilihat dari buruknya turgor dan
kekeringan kulit.
3. Observasi
jumlah dan tipe masukan cairan.
Rasional :
Mengetahui asupan cairan yang masuk dan
keluar sehingga dehidrasi teratasi.
4. Observasi
diare.
Rasional :
Bila diare masih terus berlangsung dapat diberikan obat untuk diare.
5. Atur pola
diit untuk mengatasi muntah dengan cara makan sedikit-sedikit tapi sering, bila
masih muntah, pasang sonde.
Rasional : Pada anak terjadi
toleransi terhadap makanan yang rendah maka pemberian makananya harus bertahap.
2.2.4.3. Resiko
terjadinya komplikasi s/d daya tahan tubuh turun
Tujuan :
Tidak terjadi komplikasi.
Kriteria Hasil :
- Kebutuhan
nutrisi anak terpenuhi sehingga meningkatkan daya tahan tubuh.
- Anak
dalam keadaan baik.
Rencana :
1. Ajarkan
pada keluarga cara menjaga kebersihan mulut dan kulit.
Rasional : Mencegah terjadinya noma dan decubitus.
2. Awasi
pemberian diit bila perlu pasang sonde.
Rasional : Kecukupan kalori dan protein terpenuhi dan
meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Observasi
tanda-tanda vital.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
2.2.4.4. Gangguan
integritas kulit s/d gangguan nutrisi, odema, dehidrasi.
Tujuan:
Integritas kulit kembali normal.
Kriteria hasil:
- Gatal
hilang/berkurang.
- Kulit
kembali halus, kenyal dan utuh.
Rencana:
1. Anjurkan
pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin.
Rasional : Mencegah ulcus decubitus.
2. Anjurkan
keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan kulit
anak tetap kering.
Rasional : Mencegah iritasi kulit dan mengurangi gatal.
3. Kolaborasi
dengan dokter kulit untuk pengobatan lebih lanjut.
Rasional : Tindakan interdependent bidan/perawat dengan
dokter.
2.2.4.5. Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi.
Tujuan:
Pengetahuan keluarga bertambah.
Kriteria hasil:
- Keluarga
mengerti dan memahami isi penyuluhan.
- Dapat
mengulangi isi penyuluhan.
- Mampu
menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah.
Rencana:
1. Tentukan
tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
Rasional : mengetahui
sejauh mana pengetahuan dan kebenaran informasi yang di dapat dan kesiapan
untuk belajar.
2. Jelaskan
tentang:
- Nama
penyakit anak.
- Penyebab
penyakit.
- Akibat
yang ditimbulkan.
- Pengobatan
yang dilakukan.
Rasional : Keluarga
mengerti dan memahami penyakit anak dan menambah pengetahuan keluarga.
3. Jelaskan
tentang:
- Pengertian
nutrisi dan pentingnya.
- Pola
makan yang betul untuk anak sesuai umurnya.
- Bahan
makanan yang banyak mengandung vitamin terutama banyak mengandung protein.
Rasional : Keluarga
mengerti dan memahami serta menambah pengetahuan tentang nutrisi.
4. Beri
kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.
Rasional :Mengetahui
sejauh mana isi penyuluhan dipahami oleh keluarga.
5. Anjurkan
keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari rumah
sakit.
Rasional : Pemantauan tumbuh kembang anak selanjutnya
2.3.5 Pelaksanaan
Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang
diberikan kepada pasien/klien, yang meliputi pelaksanaan rencana pelayanan
keperawatan. (Pusdiknakes, 1985).
Pada kasus kwashiorkor ini pelaksanaan keperawatan
dilaksanakan sesuai rencana.
2.3.6 Evaluasi.
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subyektif yang akan menunjukan apakah tujuan
pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum, masalah apa yang sudah
dipecahkan dan apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai
kembali. Evaluasi yang diharapkan dari kasus ini adalah:
2.3.6.1 Kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
2.3.6.2 Diare dan
muntah teratasi serta adekuatnya masukan makanan dan cairan sehingga tidak
terjadi kekurangan volume cairan tubuh.
2.3.6.3 Kulit kembali
halus dan utuh serta terbebas dari kerusakan integrasi kulit.
2.3.6.4 Pengetahuan
keluarga bertambah tentang kebutuhan nutrisi
2.3.6.5 Tubuh tidak
terjadi komplikasi.
OLEH: SUBHAN
NIM 010030170
B
2001
Posting Komentar